Banyak hal yang dapat diceritakan dalam perjalanan jauh, pengalaman atau momen-momen yang mungkin tidak dapat di ulang kembali menjadi pengalaman berharga yang jarang didapatkan pada kesempatan biasa.
Beberapa waktu lalu, tepat pada hari kemerdekaan Indonesia yang ke-77 saya pulang kampung ke Aceh Tamiang. Setelah empat bulan saya pindah tugas ke pulau Simeulue, pulau terluar Indonesia. Perjalanan pulang kampung kami dimulai dari Pelabuhan Kolok, kabupaten Simeulue, pukul 14.00 WIB. terlambat 1 jam dari jadwal yang seharusnya berangkat pukul 13.00 WIB, menggunakan kapal Aceh Hebat I menuju pelabuhan Calang, Aceh Jaya. harga tiketnya sendiri masih terjangkau, yaitu Rp. 91.000,- per orangnya.
Sebelum berangkat saya mempersiapkan bekal makan dikapal, obat anti mual, selimut dan persediaan air minum yang cukup untuk sampai ditujuan. Karena waktu yang ditempuh untuk sampai ke pelabuhan Calang kurang lebih sekitar 14 jam.
Pengalaman menyeberang menggunakan kapal ini sangat nyaman, kondisi kapal bersih, terdapat fasilitas ranjang untuk setiap penumpang yang terbilang nyaman, terutama kantin yang menjadi tempat favorit saya dikapal untuk menikmati segelas teh hangat di tengah malam.
Suasana didalam kapal saat malam hari sangat ramai, orang-orang berkumpul di kantin dan kamar penumpang, mereka saling berkenalan, bercerita tentang tujuan mereka, pengalaman-pengalaman yang mereka lalui selama disimeulue dan masih banyak lagi. hal ini menjadi keunikan tersendiri ketika melakukan perjalan yang memakan waktu seharian didalam kapal.
Berlama-lama dalam kondisi terjaga tidak memungkinkan untuk saya yang masih belum terbiasa dalam perjalanan laut, rasa mual masih terasa meskipun saya sudah sering pulang pergi menggunakan kapal. tidur merupakan pilihan tepat untuk saya.
Terompet kapal berbunyi membangunkan kami semua, kapten memberikan pengumuman bahwa kapal akan bersandar 30 menit lagi di pelabuhan calang, masa itu tepat pukul 6 pagi pelabuhan calang tampak kecil diujung cakrawala.
Untuk bersandar memakan waktu kurang lebih 10 menit sehingga seluruh penumpang aman untuk bersiap turun dari kapal. di pelabuhan sudah banyak mobil sewa yang menunggu penumpang turun dari kapal. Saya sendiri sudah memesan mobil pada tanggal 16 dengan tujuan Banda Aceh. Tepat pukul 8.00 kami berangkat dari pelabuhan Calang menuju Kota Banda Aceh, perjalanan menggunakan mobil terasa biasa, rasa lelah melelapkan seluruh penumpang didalam mobil. ada kiranya dua kali kami berhenti untuk makan pagi dan buang air kecil.
Kira-kira pukul 11.00 Wib kami sampai di kota Banda Aceh, untuk melanjutkan ke Aceh Tamiang kami perlu berpindah angkutan yang menuju Kuala Simpang. Perjalanan Kota Banda Aceh-Aceh Tamiang jika dilakukan malam hari biasanya hanya memakan waktu sekitar 9 jam, namun perjalanan di siang hari memakan waktu yang lebih lama dari biasanya, kurang lebih sekita 12 jam.
Perjalanan panjang ini tentu sangat melelahkan, mobil tumpangan kami berhenti di Seulawah sekitar pukul 13.00 Wib untuk shalat dan makan siang. Saya lupa nama tempat makan yang kami singgahi kala itu, namun banyak pilihan menu yang didapatkan tergantung masing-masing selera.
Pemberhentian selanjutnya adalah daerah Saree, pusat perbelanjaan oleh-oleh khas provinsi Aceh, kami sempatkan untuk membeli beberapa kilo keripik singkong dan kripik pisang. Lalu perjalanan dilanjutkan kembali. Kebetulan mobil yang saya tumpangi banyak ibu-ibunya, jadi kami berhenti kembali di kota Bireun, ya.. untuk kembali membeli oleh-oleh khas Bireun "Nagasari". sejujurnya saya juga menyukai makanan ini, tepung yang di bentuk dan di kukus sedemikian rupa yang didalamnnya terdapat sepotong pisang yang sudah direbus serta aroma pandan yang khas. Waktu sekitar pukul 18.00 Wib kami tiba di Bireun.
Perjalanan di lanjutkan sekitar pukul 19.40 kami berhenti untuk makan malam dan shalat di daerah Lhoksukon, Aceh Utara. seperti biasa makanan khas Aceh mengisi seluruh menu di rumah makan tersebut, dan lagi-lagi saya lupa nama rumah makan waktu itu. tidak menunggu waktu lama sekitar pukul 20.30 Wib kami melanjutkan perjalanan.
Lelah di badan tidak dapat ditutupi, sepanjang jalan saya merasa pegal diseluruh badan, saya sempatkan untuk tidur untuk mengurangi rasas lelah di perjalanan. Tidak banyak yang terjadi, perjalanan dilanjutkan hingga Aceh Tamiang. tepat Pukul 00.00 Wib saya tiba di Tugu Upah, dimana saya di jemput oleh adik, untuk pulang kerumah.
Perjalanan yang saya lalu lebih kurang 30 Jam, melalui jalur pesisir timur menuju Aceh Tamiang, ada pilihan lain yang dapat dilalui yaitu lewat Aceh Singkil yang katanya hanya memakan waktu sekitar 20 Jam dari Simeulue. Kapan-kapan saya akan mencoba melewati jalur ini.
Tidak ada yang sia-sia selama ini, pepatah lama mengatakan "Jauh perjalanan, banyak yang dilihat".
0 Comments:
Post a Comment